Ilustrasi diambli dari: pexels.com |
Banyak yang mengira aku adalah sosok ekstrovert. Banyak juga yang menyebut aku adalah orang yang gampang bersosialisasi. Dan, tak jarang ada saja yang menyebut aku tipikal manusia yang gemar berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.
Namun sebelum berlari lebih jauh, aku ingin mengajakmu memahami sesuatu: aku bukan sosok-sosok yang telah kusebut tadi. Ya, aku adalah tipikal manusia yang justru merasa tentram dengan kesendirian, kesunyian, dan tentu saja apapun yang tidak berbau keramaian.
Tapi mengapa banyak pikiran menyebutku demikian? Entahlah. Aku sendiri tak bisa secara gamblang menguraikan berbagai alasan yang melatarbelakangi penyebutan itu. Tetapi barangkali alasan berikut yang membuat banyak kepala berasumsi demikian.
Di tahun 2016-2017 bisa dibilang tahun-tahun yang melelahkan. Banyak aktivitasku yang benar-benar memaksa otak, keringat, dan jari-jari untuk bekerja sebagaimana mestinya. Dan itulah yang barangkali membuatku disebut sebagai di atas. Aku banyak menulis, banyak sharing di beberapa organisasi, di beberapa kampus, dan juga koloni-koloni kecil lainnya. Aktivitas itulah yang mungkin, sekali lagi mungkin, membuat banyak orang terhenyak. Mengapa? Karena akhirnya sosok introvert garis keras itu dipaksa berbicara di depan umum.
Itu belum lagi perihal karirku di organisasi atau juga di perkuliahan. Di organisasi aku pernah mencapai jenjang struktural tertinggi: ketua. Sedang di perkuliahan, beberapa kali jadi ketua kelas dan tentu saja yang tak bisa dilupakan, jongos, alias tukang perlengkapan kelas ketika berlangsung. Ya, sederhananya jika ada yang butuh LCD proyektor, atau jika ada yang perlu negoisasi dengan dosen, mungkin aku jadi salah satu orang yang akan dicari.
Katanya introvert, bagaimana kemudian bisa melakukan pekerjaan seperti itu? Ya, di beberapa hal aku terbiasa dengan aktivitas sosial—untuk menyebut aktivitas berorganisasiku yang telah kumulai sejak kelas empat MI. Cuma aktivitas, bukan jalan hidup. Maksudku, aku biasa hidup dengan gerakan yang melibatkan orang lain. Biasa bakti sosial, melakukan penanaman pohon, melakukan kegiatan pengajian dan sebagainya. Tetapi itu sama sekali tak mengubah jati diriku sebagai seorang introvert.
Mungkin di beberapa hal aku biasa bekerja sama dengan orang lain. Tapi dari lubuk hati yang paling dalam, aku terbiasa berbincang dengan hati nurani. Dan aku nyaman.
Satu hal lagi, sebagai orang introvert, aku akan merasa nyaman dengan beberapa orang saja. Alias, aku akan menunjukan sisi kecerewetanku, kegilaanku, dan apapun yang tak banyak orang ketahui, kepada orang yang kupercaya. Sialnya, kadang itu tak berjalan mulus.
Ada beberapa teman yang kadung nyaman, lantas kemudian kita ngobrol ngalor ngidul, namun berujung kandas. Teman itu menghilang seiring kesibukannya. Dan aku, harus siap dengan peristiwa demikian, misalnya, dengan berusaha keras beradaptasi dengan calon teman baru. Ini yang butuh waktu.
Caraku bekerja sebagai introvert ialah memahami dengan baik dan teliti lingkunganku. Kadang, bahkan aku harus melepas kenyataan bahwa aku memang introvert, dan lalu berusaha keras seolah-olah ekstrovert. Melelahkan memang. Bikin capai, tentu saja. Tetapi dari kesemua itu, aku belajar bagaimana cara menghargai dengan baik. Aku juga bisa meneliti beberapa orang yang mungkin orang-orang itu tak sadar telah kuamati.
Apa yang kuteliti? Aku meneliti bagaimana cara orang itu bekerja. Bagaimana cara orang itu mengawali sebuah perbincangan. Bagaimana orang itu bisa melewati konflik dan aneka masalah di depannya. Pendek kata: aku belajar banyak. Itu saja.
Tapi kawan, menjadi introvert di musim hujan kadang terasa tak enak betul. Betapa tidak, di setiap aroma basah yang mengucur dari langit, kadang kesepian bertindak teramat liar. Ia bahkan menggulung dengan kasar aneka imajinasi dan keceriaan dan mengubahnya jadi kesedihan. Di titik itu seringkali aku menyerah. Solusi terbaik, aku tidur atau mengetik sesuatu. Atau mengganggu beberapa teman. Atau, membuat tulisan macam ini.
Bahkan di suatu saat, tulisan itu aku publish di blog. Mungkin kamu tak asing dengan jenis tulisan itu. Ya, sudah pasti. Karena aku menamai tulisan itu: Bagaimana Introvert Bekerja.