Kesan-Kesan terhadap Keluarga KKN

April 13, 2017

(Sebuah memoar seputar KKN 08 Kedungjati Balerejo Madiun tahun 2016)

Dokumentasi foto ketika selesai kegiatan 17 Agustusan di Balai Desa Kedungjati Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun

Kegiatan Kuliah Kerja Nyata sudah dipastikan purna sejak pertengahan 2016 lalu. Namun, kesan dan aroma kekeluargaan, kian mengucur hingga sekarang. Padahal jika menelisik lagi mula-mula keluarga kecil ini bertemu, tampaknya akan sangat jauh persepsi positif yang terbangun. Dahulu saya menganggapnya cuek, acuh dan benar-benar tak peduli. “Ah, ini soal formalitas memenuhi tugas perkuliahan saja!” tukas saya saat itu.

Namun, setelah sekira sebulan mengalami suka duka bersama, memahami satu sama lain, hingga merasakan beberapa perasaan yang sama, saya seolah dihinggapi perasaan candu kepada mereka semua. Ya, mereka yang terhimpun dalam keluarga KKN 08 Kedungjati, Balerejo, Madiun tahun 2016. Mungkinkah mereka semua mengalami perasaan serupa dengan yang saya alami? Entahlah. Tapi di ruang yang amat terbatas ini, saya ingin menguraikan kesan saya kepada para dedengkot yang merecoki dan mewarnai hari-hari saya selama mengabdi.

Supaya adil, saya akan membahasnya berdasarkan urutan abjad. Begitu.

Ahmad Abdulah Rosyid

Ocid sedang merenungkan sesuatu. Apapun yang derenungkannya, sepertinya bukan skripsi. Eh!
Saya sendiri menyebutnya Ocid. Nama beken dari Rosyid. Panggilan itu saya sematkan semata mengikuti kebiasaan teman-teman yang memanggilnya begitu. Terus terang sebelum tergabung menjadi satu kelompok dalam KKN, saya telah mengenalnya lebih dahulu. Meski belum sedekat saat KKN. Ia adalah salah satu mahasiswa yang terhimpun di jurusan saya—Sastra Inggris. Namun bedanya kami berbeda kelas. Ia di kelas C, sedang saya di kelas D.

Selama KKN berlangsung, Ocid menunjukan hal yang berbeda dengan asumsi saya selama ini. Ternyata ia memiliki sense of humor yang tinggi. Terbukti dari beberapa joke yang ia lontarkan, saya kadang dibuatnya ngakak habis-habisan. Pandangan lain tentangnya ialah soal kepedulian. Karena dulu saya dengannya tidak pernah mendapat kesempatan bersama, maka saya beranggapan bahwa dia adalah sosok yang cuek dan tak pedulian. Namun anggapan itu keliru. Ia ternyata jauh lebih peduli daripada yang saya bayangkan.


Lelaki ini sangat gemar dengan dunia fotografi. Berkali-kali hasil jepretan yang ia lakukan, mampu memukau saya yang juga—sebenarnya—memiliki perhatian khusus di dunia fotografi. Mungkin di ruang ini, saya ingin mengucapkan maaf dan terima kasih padanya. Maaf karena pernah berasumsi keliru, dan tentu saja, terima kasih untuk satu bulan yang memukau. Semoga kelak kita bisa bertemu di titik sukses masing-masing, ya bro! Hehe.

Ahmad Deni Saputra

Deni sedang mengangkat replika piala Oscar yang berbentuk ayam. Untuk level kelucuan, ehm, 75 kali ya!
Sosok yang satu ini, di awal, membikin saya agak kurang nyaman. Ini semata karena saya yang introvert yang kurang bisa bergaul dengan lantang, dan dia yang begitu mudah menjalin komunikasi dengan sekitar. Namun, selama satu bulan berlangsung, semua ketidaknyamanan saya luntur. Beberapa kali, bahkan, ketika dihadapkan dalam momen bersama, kadang saya dan Deni kerap membikin sesuatu yang berbeda. It can be called as absurd, unique and full of funnies thing. Haha.

Entah mengapa, semua mengalir begitu saja. Dan selalu saja ada bahan untuk kami lakukan menjadi hal lucu dan unik. Mulai dari mengukur tingkat lucu, hingga membayangkan hal yang tidak-tidak. Namun jangan dikira sosok yang saya bahas ini orangnya serampangan. Salah besar! Justru dari kejenakaannya itu, tersirat sebuah sikap yang sistematis, tegas dan highly intellectual. Dan yang patut membikin kening mengkerut ialah, ternyata ia salah seorang yang pernah berada di pucuk tertinggi kepemimpinan IPNU UINSA.

Deni juga mengajari saya banyak hal, utamanya seputar idealisme dan ketegasan bersikap. Setidaknya itu tercermin saat saya berdiskusi dengannya seputar masalah tertentu. Apalagi ketika satu bulan berlangsung, sosok ini juga terlihat dominan saat kelompok kami menentukan kebijakan tertentu. Semoga kelak kita bisa berkesempatan memikirkan nasib bangsa, bareng ya, bro! Dengan sudut pandang yang lucu-lucu, tentunya. Hehe. Dan mohon maaf atas kesalahan saya yang tak terlihat dan terlihat. Terima kasih untuk hal-hal yang luar biasa. (Ehm, iki tingkat kelucuane piro, Den? Haha).

Ahmad Fahmi Wildani
Fokus ke bagian paling kanan ya! Haha. Pak Kordes sedang memainkan bakatnya. Hrrrr Tarik maaaang.. :3

Ia adalah sosok yang tak pernah bisa jauh dari kacamata. Level semesternya juga jauh lebih tinggi dari mayoritas mahasiswa di kelompok kami. Maka tak heran jika ia terpilih menjadi Kordes (Koordinator Desa) keluarga kecil kami. Kedewasaannya yang kadang membikin saya kagum. Tapi meski menjadi pihak yang saya anggap dewasa, bukan berarti ia cenderung kaku dan lurus. Sebaliknya. Ia mampu membikin forum pecah oleh candaan yang di luar dugaan. Biasanya kami para lelaki: orang yang kesemua berawalan Ahmad, memang kerap menggaungkan humor di sela apapun. Dan Cak Wildan ini yang menjadi salah satu promotornya.

Selama memimpin kami semua dalam jangka sebulan, saya melihat ia mencoba mengayomi kami semua—meski tak menutup kemungkinan masih ada celah. Ia juga menjadi orang yang cepat beradaptasi dengan sekitar. Bahkan sering saat saya kesulitan berbaur dengan orang-orang baru, saya ajaklah Cak Wildan ini. Lelaki yang lihai bermain futsal ini cakap sekali dalam berwira usaha. Terbukti, ia mendirikan angkringan yang kerap ramai oleh penikmatnya.

Dengan Cak Wildan, beberapa kali saya juga terlibat diskusi dan berbagi cerita. Biasanya cerita yang terlontar darinya sangat menarik untuk disaksamai. Mungkin di titik ini, saya juga mau meminta maaf padanya. Maaf karena kurang berkenan selama sebulan dan terima kasih atas kepemimpinan yang piawai. Semoga kelak kita dapat bertemu di jalur yang sama-sama sukses, ya pak! (Ojo lali, pedoman selama KKN: BUJANG! *eh)

Ahmad Hidayatullah
Garang kan? Tapi jangan salah. Di balik itu, dia pribadi yang lembut wkwk. Buat ladies, hati-hati disepik ckck

Lelaki yang segera beranjak dari remaja ke fase dewasa ini, sekilas terlihat garang. Hal itu bertambah saat ia mengendarai motor yang serupa digunakan di film Anak Jalanan. Tapi jangan salah, ternyata ia juga menyukai humor dan justru sama sekali tak terlihat kaku, saat kita berkenan mengenalnya dari dekat. Sosok ini mampu berbaur kepada sekitar dengan cepat, meski belum bisa berbicara dengan bahasa Jawa.

Jangan salah, ia juga menjadi salah satu petinggi di kampus. Kalau tidak salah ia juga menjabat sebagai Ketua Sema. Tapi entah untuk fakultas mana, saya tidak tahu rincinya. Pada waktu berkenalan, saya mengira sosok ini akan sangat garang. Namun asumsi saya keliru. Dan justru ia menjadi salah satu orang yang saya dekati saat masa mengabdi berlangsung. Kami biasanya kerap bercanda seputar salah satu pemudi di Desa Kedungjati. “Saya kayanya mau selesai KKN duluan boy. Mau ke Malang. Nemuin Icha,” katanya suatu hari. Dan itu membikin saya ngakak. Padahal kenal lebih jauh sama Icha saja tidak pernah, haha.


Lelaki asal Probolinggo ini cukup mengajarkan saya arti respek. Saya menangkap sinyal bahwa ia orang baik dan mudah menempatkan diri di ruang yang baru. Dan tentunya dengan kesantunan dan kesopanan tertentu. Meski juga ia tidak terlalu bisa bahasa Jawa, tapi ia begitu terlihat berusaha memahami komunikasi kami semua. Hehe. Di titik ini, saya juga ingin mengucapkan maaf dan terima kasih padanya. Maaf atas hal-hal yang pernah melukai, dan terima kasih atas pelajaran yang berharga. (P.S. Persaingan kita menuju Malang, tetap abadi, lho bro. Meski KKN usai. *Eh)

Auliya Nur Astiyani
Mbak Aul (kanan memakai kerudung pink). Dari pose dan senyumnya, sepertinya dia tidak sedang mencoba memainkan tarian "Ada cintaaa"... Hahaha

Kami biasanya memanggilnya Mbak Aul. Sosok yang begitu semangat seputar dunia memasak dan kegiatan lainnya. Sebenarnya, sebelum KKN ini pun, kami pernah menjalani program di kelas yang sama, yakni kelas S Intensif Bahasa Arab. Namun, kedekatan dulu berbeda dengan kedekatan saat KKN berlangsung. Di benak saya, ia adalah orang yang begitu care terhadap sesama. Saya pernah waktu perjalanan pulang dari KKN, berboncengan dengannya, dikasih permen Yuppi dan ia rela membukakan bungkusnya untuk saya. (Ya iyalah, orang juga saya lagi nyetir wkwk -_-)

Hal yang tidak membuat saya lupa ialah, ketika dia dan Mbak Ayu KS memperagakan gaya tarian eksperimental. Dengan tangan digerakkan menyerupai bentuk love, mereka begitu ciamik. Itu cukup mampu membuat saya merasa geli dan terpingkal-pingkal. Semua orang di kelompok kami tahu, ia sudah memiliki pasangan saat prosesi KKN berlangsung. Namun dengan deklarasi bujang, akhirnya ia berkenan juga melafalkan itu. Yeay KKN Bujang!

Sebenarnya masih ada banyak hal yang ingin saya tanyakan dan lakukan. Namun karena waktu yang terbatas, kebersamaan kami harus terjeda. Meski begitu, banyak kesan yang telah kami himpun dalam catatan masing-masing. Oh ya, Mbak Aul, saya minta maaf ya. Dan terima kasih atas satu bulan yang bermakna. Semoga setelah KKN, label Bujang ndak dipakai terus, ya! Bahaya. *eh

Aunur Rofiqoh
Dari caranya menatap kamera, rasanya sebentar lagi Mbak Aunur akan menari tarian India haha. Peace!

Jika ada yang mau menyeksamai banyak hal seputar India, mungkin saya akan menyarankan untuk berguru lebih jauh kepada Mbak Aunur. Sebagai mahasiswi yang mengambil jurusan Politik Islam, justru saya prefer menganggap ia adalah duta dari India. Aneka film, music, dan berbagai ornamen perihal India, ia kenali betul. Hal yang mengesankan dari sosok ini adalah, ia mau dan mampu bergaul dengan berbagai kalangan. Tak melulu tertentu saja.

Saya berguru seputar menjalin relasi dengan semua pihak. Dan dengannya pula, saya sedikit demi sedikit terkontaminasi oleh film India. (Hayo Mbak Aunur tanggung jawab!). Di samping itu ia adalah pribadi yang tekun dalam beribadah. Selama KKN, saya kerap menjumpainya membawa Al-Quran, dan membacanya di Shofa ruang tengah posko kami. Kadang saking religiusnya, tak jarang ia terlihat tertidur di shofa dalam keadaan masih mengenakan mukenah.

Selain itu, yang kelak saya tahu, ternyata Mbak Aunur ini masih berbau keluarga dengan teman sekelas saya. Banyak hal yang harusnya bisa saya pelajari dari sosok ini. Namun karena waktu terbatas, akhirnya saya cuma bisa mengenang pelajaran yang sudah-sudah. Mungkin jika Tuhan memberi izin, saya ingin nanti bisa dapat kesempatan belajar hal-hal lainnya yang tidak saya ketahui. Mbak Aunur, saya mohon maaf ya, atas kelakuan saya selama ini. Terima kasih telah memberikan banyak hal. I will never forget it.


Ayu Indah Lestari
Mbak Ayu L ini tidak sedang menyanyi apalagi mengaji. Ia tengah menjadi instruktur dalam Pelatihan Pembuatan Produk Olahan Kulit Pisang Keren kan..

Cak Wildan, biasanya memanggilnya dengan sebutan Boom. Saya tidak tahu apa musababnya. Tapi yang kerap saya lakukan, biasanya saya memanggilnya dengan Mbak Ayu L. Huruf di belakangan Ayu, menjadi pembeda siapa yang saya panggil. Maklum, mayoritas anggota kelompok saya bernamakan Ayu. Dan untuk membuat spesifik, maka Mbak Ayu L memperkenalkan diri untuk dipanggil Ayu L.

Ia adalah sosok yang mudah berekspresi. Rasanya mungkin dia adalah orang paling percaya diri, yang pernah saya kenal. Apa yang dirasa jelek, ia sampaikan jelek. Yang baik, disampaikan juga baik. Saya kira sikap tersebut memang perlu ada di benak orang-orang, agar tidak ada kepura-puraan. Meski tentunya tak semua orang siap dengan kejujuran itu. Mengenang Mbak Ayu L, berarti juga mengenang aroma Sunda. Maklum, ia bilang pernah tinggal di sana dan cukup tahu banyak hal-hal yang berbau Sunda.

Ketika tulisan ini selesai diketik, ia telah purna statusnya sebagai Mahasiswa. Hebat! Dalam jangka waktu cuma 7 semester (atau 3,5 tahun) saja ia selesaikan kewajiban akademik. Sesuatu yang rasanya mustahil saya lakukan saat ini. Oh ya saya lupa. Ia tergolong manusia berkemampuan khusus, yakni bisa melihat yang tak terlihat. Pernah di Madiun, ia melihat sekelompok anak kecil. Dan sialnya saya melihat juga. Haha. Meski demikian, bisa bersama dengannya adalah kenangan yang tak bisa dilupakan. Semoga kita semua disegerakan menuju level sukses ya mbak! Maaf atas kekurangan saya. Dan terima kasih telah berbagi banyak hal.

Ayu Kartika Sari
Kan, kelihatan ceria. Kalau dalam bahasa sehari-hari mungkin begini: Di luar tatak! Dalemnya Kratak.. Haha

Jika sosok yang saya bahas di atas adalah seorang teman dengan sebutan Ayu L, maka yang ini cukup memberikan akhiran KS saja. Penyebutan KS di akhir menegaskan bahwa nama lengkapnya Ayu Kartika Sari. Dahulu saya sempat salah tafsir ketika menganggap ia beralamat Sidoarjo. Namun belakangan ia memberi tahu saya bahwa ia asli dara Driyorejo – Gresik. Mbak Ayu KS, di mata saya adalah pribadi yang jarang terlihat sedih. Bahkan saya menghitung, selama satu bulan mengarungi kebersamaan di kelompok, ia cenderung ceria dengan gaya senyumnya yang khas.

Membincang sosok satu ini, membikin saya teringat gerakan tangannya yang menyerupai love saat lagu “Ada cinta, yang tak biasa…” diperdengungkan. Benar, Sikap yang telah saya bahas di atas di sesi menulis soal Mbak Auliya. Dan lagi, ketika mengingat tentangnya, ingatan saya tertuju soal Korea. Dulu, ketika kebetulan dalam satu forum, ia mencoba meyakinkan lawan bicaranya. Bedanya, ia gunakan kata Korea. “Cincaa” katanya. Lalu kadang ia juga mengucap “Arasoo”. Karena waktu itu saya bingung, saya jawab dengan kata Madura. “Arapaa”, kata saya tak kalah semangat.


Ayu KS membikin saya belajar banyak. Setidaknya, saya kagum dengan caranya menyembunyikan kesedihan, hingga yang terlihat selalu keceriaan. Hal yang teramat kontras dengan saya pribadi, di mana benar-benar tidak bisa menahan sebuah ekspresi. Saat marah, ya marah. Saat sedih ya sedih. Tidak bisa kemudian saya berkamungflase dari sedih menuju bahagia. Untuk itu, mungkin jika ada waktu untuk bersua kembali, saya akan belajar how to be happy every day. Haha. Maaf atas kelancangan saya ya mbak! Terima kasih telah memberi arti dan kesan tersendiri bagi saya. Ini cincaa lho!

Ayu Nur Wulan Isma Agustin
Percayalah! Ekspresi ini dilakukan sebelum ia benar-benar mengenal Skripsi. Haha.

Jika tadi saya menyebut mayoritas anggota perempuan di kelompok bernama Ayu, maka sosok ini menjadi salah satunya. Namun yang membedakan, teman-teman memanggilnya Mak Yaya. Yaya di sini mengacu nama panggilan dari Raisa. Tapi saya tidak tahu kenapa kemudian teman-teman memanggilnya Mak. Entah karena dia bisa menikmati peran sebagai emak-emak, ataukah memang ada hal lain. Yang jelas, orang-orang memanggilnya begitu. Tapi tidak dengan saya. Saya tetap memanggilnya Ayu dengan K. Ayuk. Biar spesial, *eh. Haha.

Jika saya boleh menyebut, sejujurnya Ayuk adalah orang terdekat saya sewaktu KKN. Beberapa hal, kadang saya mesti membuatnya repot: misal ketika uang saya habis, saya terpaksa pinjam dia duluan. Haha. Jalinan kami begitu dekat karena memang saya telah mengenalnya jauh sebelum KKN. Dia adalah teman sejurusan dan sekelas saya. Di samping itu, dia juga berada dalam bimbingan dosen wali yang sama dengan saya. Tak hanya itu. Bahkan, ketika saya mengetik tulisan ini, Ayuk dan saya di bawah bimbingan skripsi dosen yang sama! Wow! Membincang Ayuk, sama halnya membincang ketulusan. Saya melihat dari sorot matanya ia begitu tulus sewaktu membantu seseorang. Bahkan saking tulusnya sampai-sampai, jika ada hal tak beres dengan temannya, ia menjadi yang terdepan marah-marah. It’s kind of giving attention totally.

Oh ya, dia memiliki selera musik tinggi. Dan belakangan saya juga tahu bahwa ia mempunyai selera baca yang luar biasa. Setidaknya, ketika ada berita terbaru, ia akan segera mengakses dan membaca berita tersebut melalui ponsel pintarnya. Di samping itu, ia juga pribadi yang unik. Unik karena ketika tengah mengalami kesalahan atau hal-hal tertentu, wajahnya akan merah padam. Wkwk. Peace mak! Di Madiun, dia cukup membuat saya belajar arti ketulusan terhadap teman. Rasanya, saya juga ingin berterima kasih padanya. Terima kasih karena telah rela menjadi orang yang sering saya repoti selama KKN. Dan maaf juga karena selama ini saya selalu menjadi beban. Keep going on mak! Jangan lupa skripsi digarap. *eh.

Ayu Purwaningsih Utami
Yang kerudung merah jangan sampai lolos, eh! 

Gadis yang saya bincang berikutnya ini berasal dari Kota Bumi Wali, Tuban. Teman-teman memanggilnya Ayu Pur. Khusus Cak Wildan, ia memanggilnya dengan ndut! Entahlah. Sebagai panggilan kesayangan mungkin. Ckckck. Ayu Pur mengambil Prodi yang sama dengan Mbak Aunur, di Politik Islam. Dara yang berkulit putih ini sekilas di mata saya, terlihat sebagai sosok yang kalem. Namun, ketika sudah berada di fase “lucu-lucuan” ia akan menjadi sosok yang lepas dan menambah riuh kebersamaan kelompok.

Oh ya, yang paling saya ingat tentangnya ialah ketika memanggil saya dengan sebutan Haikal. Sebutan itu dipopulerkan oleh sekelompok bocah di Madiun. Makna Haikal sendiri sebetulnya mengacu pada nama karakter yang berperan di sinetron Anak Jalanan. Di samping itu, saya melihat dia sebagai pribadi yang penuh analitis. Hal itu tampak saat ia duduk dan mengamati sesuatu. Sehingga kadang, ketika ada momen untuk ngobrol, saya ajak ia untuk ngobrol sesuatu yang lain daripada yang saya ucapkan dengan teman lain.

Oh ya, dia juga memiliki karakter tersendiri saat tertawa. Kadang, caranya tertawa itu juga menunjukan bahwa apa yang dianggapnya lucu memang benar-benar lucu. Bukan sesuatu yang hampir lucu atau setengah lucu. Tapi benar-benar lucu. Sehingga saya belajar tentangnya soal totalitas. Ya, mungkin seumpama waktu KKN diperpanjang, saya akan lebih mengenalnya lagi. Namun karena tidak, ya, saya mencoba mengucapkan permohonan maaf dan ucapan terima kasih dari sini. Maaf karena mungkin saya berbuat sesuatu yang tidak sesuai. Dan terima kasih telah menjadi pribadi yang menginspirasi. Sukses selalu, ya mbak! Amprrr. *eh.

Azimatut Diniyah
Yeeay! Senyum Pepsodent. Hahaha.

Ia menjadi satu-satunya perwakilan dari Jurusan Psikologi di kelompok kami. Biasa dipanggil Azima atau Zima. Bukan Din atau Diniyah. Gadis yang kerap memakai kacamata ini, belakangan menjadi partner saya dalam menyelesaikan laporan. Waktu itu memang kelompok kami membuat kebijakan dibentuk kelompok laporan. Anggotanya terdiri dari saya, Deni dan Mbak Azima. Secara khusus, Azima dipilih teman-teman karena latar belakangnya yang juga pernah membikin penelitian.

Jika mengingat Azima, saya jadi terpikirkan perihal bagaimana mambaca seseorang. Membaca di sini maksudnya menganalisa orang tersebut berkepribadian apa, bersikap bagaimana dan seterusnya. Pernah begitu, ia membaca orang-orang di kelompok kami. Dan ternyata kebanyakan analisanya sesuai dengan apa yang dilihatnya. Kemudian, saya juga tak lupa ingin menyebut kebiasaan dari wanita berdarah Lamongan ini. Entah mengapa, saya juga mengamatinya sebagai pribadi yang kerap melontarkan kata: “Yakin”, “Sumpah” dan sebagainya. Intinya hal-hal yang menjurus pada sesuatu yang bersifat meyakinkan.

Lebih daripada itu, Mbak Azima membikin saya takjub dengan seni mengelola manusia. Ia cukup piawai memosisikan diri ketika orang-orang ingin bercerita atau sekadar berkonsultasi padanya. Entahlah. Sikap itu lahir secara alamiah atau memang karena latar belakangnya yang bersinggungan dengan Psikologi. Tapi terus terang, saya selalu mengaguminya sampai saat ini. Kagum karena ia selalu bisa menjadi teman bagi semuanya. Oh ya, di titik ini saya juga mau memohon maaf sekaligus berujar terima kasih. Maaf karena lisan saya yang kurang terkontrol, dan terima kasih telah memberikan arti yang tak terhingga. See you on top, sister!

Balqis Al Mumtahanah
Jangan lihat lama-lama ya gaes. Bikin diabetes nanti, eh!
Sepertinya Balqis berpikir: "Ah kapan ya skripsi selesai. Eh"

Gadis periang ini sering dipanggil Nceese (baca: Ncis). Rupanya panggilan itu berawal dari keluarganya yang dulu sering melontarkan kata Ncis merujuk pada namanya Qis. Di awal pertemuan saat selesai pembagian kelompok KKN, saya cenderung melihat dia sebagai orang yang kelewat cuek dan tak peduli dengan apapun. Namun persepsi saya keliru saat merasakan proses bersamanya satu bulan penuh. Justru saya pikir, ia adalah orang yang amat humble, rajin dan sering memakai gincu, eh maksudnya pribadi yang religius.

Sewaktu KKN, ia menjadi incaran banyak dari kami (kaum lelaki). Tentu maksudnya untuk lucu-lucuan semata dan sebagai upaya untuk bisa mengakrabkan diri. Yang membikin takjub, ia adalah alumnus Pondok Madani Gontor. Ia paham betul soal agama dan pandai berbahasa Arab. Kadang, saya juga dibikin speechless saat ia membalas ujaran saya dengan bahasa Arab. Bahkan saking luwesnya memakai bahasa Arab, saat berbincang dengan teman yang mengunjunginya, ia gunakan bahasa yang dipakai Al-Quran itu.

Sosok Balqis sangat berkesan di benak saya. Sering saya bully dia semata untuk melihat reaksinya ketika berhadapan dengan persoalan tertentu. Oh ya saya juga lupa. Sosok ini juga pandai membikin mural atau sejenis lukisan monster-monster lucu. Atau entahlah, saya agak sulit membedakan itu. Gadis yang beralamat Sidoarjo ini, belakangan saya ketahui, juga memiliki minat di dunia vlog (Video blog). Yang saya sesalkan, baru di hari terakhir kegiatan KKN, saya bisa beradu peran Vlog dengannya. Padahal jika saja lebih awal kami bisa memainkan itu (vlog), tentu banyak hal yang bisa kami rekam. Namun ya sudahlah. Mungkin ini memang sudah menjadi takdir-Nya. Oh ya, mohon maaf ya Cis jika selama ini saya membikin jengkel. Percayalah itu sengaja wkwk. Dan terima kasih atas satu bulan yang sangat berbekas. (Catatan: saya selalu siap, kapanpun, untuk ditraktir es krim). Jangan lupa skripsi!

Binti Khusniatul Khuluqiyah
Senyum lega karena sudah wisuda, eh! Haha. 

Meski namanya tertera seperti di atas, nyatanya kami semua tak sekalipun memanggil sesuai nama aslinya itu. Kebanyakan memanggilnya budhe. Saya tidak tahu musababnya. Namun tahu-tahu sudah begitu haha. Di kelompok kami, ia kerap menjadi alarm terhadap teman-teman. Apapun program yang kami bikin, ketika ada budhe, kami selalu diingatkan. Dan di saat itu pula, kami selalu belagak agak lupa hahaha.

Meski ia cenderung kecil, namun jangan salah. Titel sarjana telah berhasil ia capai dalam waktu tujuh semester saja. Selain itu, sosok kelahiran Nganjuk ini piawai soal memasak. Kadang saya sering menjumpainya di dapur dan tengah memasak sesuatu. Oh ya, ia juga menjadi orang yang kerap saya bully. Terus terang, entah mengapa saya tertarik melihat reaksi dari orang yang saya jahili. Salah satunya ya bedhe ini. Wkwk peace dhe! Ia juga sering aktif kala forum di kelompok kami berlangsung.

Ketika meneladani budhe, hal yang paling mungkin saya selipkan ialah soal ketekunan dan rajin. Dia memiliki kedua hal itu, yang mungkin saja, yang mengantarkannya sebagai mahasiswa yang lulus duluan. Saya belajar banyak darinya, dan senantiasa berharap agar bisa bersikap seperti tadi. Sebab saya tahu, memang lebih sering saya bersikap kebalikan: malas, dan masa bodo. Oh mumpung ingat. Budhe, saya minta maaf ya! Karena lebih sering mengacau harimu yang telah terjadwal itu hehe. Terima kasih atas pembelajaran yang berkesan. Sukses selalu!

Binti Yulia Rahma
Ini kalau saya tebak, sepertinya Mbak Binti senyum karena lelucon yang utarakan Deni, haha. Ciye.

Jika ada yang bertanya, siapa yang pendiam di kelompok KKN kami? Maka saya tidak akan ragu untuk menunjuk sosok ini. Tapi jangan salah, meski ia pendiam, ia juga menjadi salah satu mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab UINSA. Artinya, setidaknya ia mampu berbicara bahasa Arab. Dan itu yang jarang dimiliki oleh orang-orang di dunia ini. Kami semua biasa memanggilnya Mbak Binti. Diambil dari nama depannya.

Mbak Binti kadang membikin gemas beberapa orang di kelompok. Cara bergaulnya yang kalem dan cenderung diam itu pemicunya. Namun, dengan karakter khasnya itu, ia menjadi warna tersendiri di dalam kelompok. Setidaknya ia menjadi salah satu warna yang memicu lahirnya pelangi KKN 08 Kedungjati 2016. Tanpa sikap unik, tentu perjalanan selama KKN akan sangat kurang berkesan dan hambar. Secara eksplisit saya belajar mengelola sikap darinya. Yakni sikap untuk diam manakala dunia ini terlalu riuh oleh suara-suara. Bukankah diam itu emas?

Sebagai penutup kesan kali ini, mungkin saya mau menyarankan Mbak Binti. Cobalah untuk berani mengungkapkan pendapat. Meski salah, itu tak apa ketika sudah bisa mengemukakan pendapat. Setidaknya, kalaupun salah, akan mudah untuk segera dievaluasi, bukan? Hehe. Namun lebih jauh, saya cukup terkesan dengan Mbak Binti. Ia menjadi unsur terpenting kelompok kami. Oh ya, hampir lupa. Mbak saya mohon maaf ya jika ada salah. Terima kasih telah berkenan menjadi kawan selama KKN berlangsung. Semoga jalinan silaturrahim kita semua terus tersambung. Aamiin!

Untuk Semua




Terima kasih telah sudi membaca uraian ini. Terima kasih juga telah mau berteman dengan saya selama berproses bersama. Semoga dengan hadirnya catatan ini, bisa mengingat kembali kebaikan-kebaikan yang telah kalian semua lakukan untuk saya. Rasanya kata sekalipun akan sangat kurang jika harus menuliskan momen bersama kalian secara utuh. Makanya saya bikin yang seperti ini. Anggap saja ini adalah cara saya untuk tetap terhubung dengan kalian. Meski tanpa tatap muka, tapi kalian senantiasa di hati. Menjadi simpul rapi yang selalu saya kenang dan akan saya ceritakan pada anak cucu saya kelak. Sekali lagi terima kasih. See you on top! Guys. Cheers.

Ditulis dengan rasa bangga
Surabaya, 12 April 2017

Ahmad Farid

You Might Also Like

6 comments

  1. Setiap kata yg kau rangkai menjadi tulisan ini membuatqu semakin Takjub dg bakat yg kau miliki. Terima kasih atas kesan yg kau berikan. Sukses selalu utkmu Farid. Satu d antara teman2 lki lainnya yg slalu bersedia q repotkan utk mengantarku kesana kemari wkwkwkwk. Segera jemput gelar Sarjananya yaa....
    hehehehe....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, terima kasih Bu Intel. Sukses selalu juga ya :)

      Hapus
  2. Bahagia punya teman kelompok KKN yang semangat nulisnya seakan tak pernah padam meskipun sy tau godaan godaan nya luar biasa. Haha. Lanjutkan dan lahirkan karya karya mu mas haikal. Semangat menulismu memotivasii saya. Trimakasiiiiiih. Wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah saya juga bahagia sekali punya teman kaya sampean hahai. Sukses selalu ya mbak. Semangat menulis :)

      Hapus
  3. kak disana signalnya sulit apa engga?

    BalasHapus
  4. kak disana signalnya sulit apa engga?

    BalasHapus

Popular Posts

Disclaimer

Laman blog yang tengah Anda kunjungi ini memuat berbagai pemikiran, pandangan, pengalaman, bahkan perasaan pribadi dari penulis. Segala tindakan tersebut jika dirasa bermasalah disarankan agar dapat diselesaikan secara musyawarah kepada yang bersangkutan.

Flickr Images