Babat Alas

Oktober 20, 2018

www.pexels.com


Babat alas. Semalam kosakata itu saya lontarkan kepada seorang teman di hunian indekosnya, di Wedoro, Waru, Sidoarjo. Sebuah pekikan tawa muncul dari raut mukanya dan membuatnya bertanya kepada saya, “Apa itu babat alas?”

***
Oktober memang seharusnya menjadi bulan penuh pelajaran. Jika tidak begitu, mestinya, setidak-tidaknya ia menjadi sebuah peringatan kepada seorang remaja yang bernama Ahmad Farid, bahwa ia telah mencapai tahapan-tahapan penting dalam kehidupan untuk menjadi dewasa.

Sebagaimana seorang Tan Malaka pernah berujar “terbentur, terbentur, terbentuk”, saya mencoba meresapi itu dan mulai memantabkan hati untuk babat alas alias memulai segalanya dari awal lagi. Saya memang punya beberapa impian kecil kepada teman-teman. Yakni soal membuat usaha dan juga menggeluti dunia bisnis lebih serius, terutama di bidang branding dan communication.

Tim sejatinya sudah ada. Mentor? Ada juga. Dan rencana barangkali bisa saya sebut telah menembus 65%. Tetapi memang sebagai manusia, tak ada gregetnya jika segalanya selalu berjalan mulus. Ada krikil kecil yang rasa-rasanya cukup membantu membuat kita merenung: bahwa keberhasilan sejatinya terbuat dari waktu dan konsistensi kita yang mengakar.

Oktober ini disponsori oleh beberapa orang dalam tim yang telah kerja duluan. Alias, memang belum ada langkah serius menekuni bisnis—ya risiko memulai dari nol. Hingga akibatnya rencana yang sedemikian mantab tadi terpaksa dipending dan dibiarkan begitu saja. Cita-cita bisnis saat ini harus diberlakukan dalam mode freeze.

Lalu apa yang paling parah dari itu? Ya, benar. Tinggal saya seorang yang tertinggal. Saya menjadi orang terakhir dalam tim yang statusnya tidak jelas. Ini yang barangkali bisa saya resapi: selalu waspada dan siap dengan segala kemungkinan terburuk.

Status tertinggal memaksa saya beberapa hari terpukul. Galau. Sedih. Seperti tak punya harapan. Saya bahkan lupa caranya tertawa. Haha!

Tetapi itu kemarin. Seusai beberapa kali menguji diri sendiri dengan beberapa hal tak terduga, saya justru makin kuat. Saya makin mantab untuk menempuh pekerjaan lain. Wartawan, PR, dan Content Creator, telah saya masukan dalam list babat alas. Alias, saya mulai kembali apa-apa yang terjadi di dalam hidup saya.

Kini, 20 Oktober 2018 menjadi saksi bahwa seorang Ahmad Farid memutuskan serius membenahi hidupnya. Ia akan menjadi orang yang kuat, orang yang terbentuk. Orang yang selalu siap dan waspada. Orang yang tak akan pernah berhenti belajar. Orang yang di manapun akan membanggakan semua dalam circlenya. Dan, saya sedang memulai…

***
Teman itu tertawa setelah mendengar maksud dari arti babat alas. Ia mengangguk tanda paham, seusai bercerita bahwa dulu sewaktu KKN di Bojonegoro, orang-orang menanyakan itu. Dan beberapa cerita serta keresahan yang saya sampaikan kepadanya, ia balas dengan sebuah tatapan penuh harap. “Kau akan menjadi orang besar, bro!” katanya, yang hanya bisa saya jawab “Aamiin bro!”.

You Might Also Like

1 comments

Popular Posts

Disclaimer

Laman blog yang tengah Anda kunjungi ini memuat berbagai pemikiran, pandangan, pengalaman, bahkan perasaan pribadi dari penulis. Segala tindakan tersebut jika dirasa bermasalah disarankan agar dapat diselesaikan secara musyawarah kepada yang bersangkutan.

Flickr Images