Memahami Cara Kerja Idealisme Dewasa Ini

Januari 11, 2020

pixabay.com

Semestinya, idealisme berwujud sebagai jangkar. Ia menjadi peredam mana kala keinginan untuk bermacam-macam tengah melangit. Pendeknya, seharusnya dengan ambisi apapun yang membuncah, mekanisme pertahanan diri kita bisa direm oleh idealisme.

Di era yang serba cepat ini, keinginan untuk mencapai beragam hal terus saja hinggap. Apa saja yang di depan mata, seolah gampang diraih dan tentu, hasrat untuk memerolehnya juga tinggi. Itu berbahaya, sayangnya.

Saya menyadari itu. Seorang teman lama, M Niamullah, bilang kepada saya pada suatu sore, bahwa saya terlalu idealis. Terlalu banyak pakem rigid yang ada dalam diri saya. Imbasnya, saya jadi terbatasi untuk melakukan apapun. Alias, benar saja jika saya tak kunjung keluar dari kasur nyaman karena dalih-dalih itu.

Oh tentu, ini kebalikan dari premis di awal artikel ini. Hanya, saya pikir masih memiliki benang merah yang kuat: tentang bagaimana memerlakukan idealisme.

Saya ingin teman-teman tahu, bahwa idealisme itu penting dan menjadi nyawa pada tiap-tiap diri kita.  Niam berkata lagi, idealisme itu boleh belaka. Tapi tolong, tempatkan ia di posisi yang sesuai, dan bukannya menjadikannya sebagai tameng besar untuk tidak bergerak dan bisa mengeksplorasi hal-hal baru.

Di usia makin matang, terlalu banyak hal tak adil yang mampir. “Teman dekat” saya, Deasy Meirendah Chikita, menyebut bahwa tak pernah ada hal yang benar-benar sempurna. Kita perlu menyadari itu sebagai sebuah bagian hidup, dan tak perlu melawan terlalu banyak. Apalagi denial dan tak mengakuinya.

Awalnya, saya cukup kecewa dengan pernyataan itu. Tetapi lama-lama ada benarnya juga. Lagipula, di sisa umur hidup di dunia ini, masih banyak hal juga yang perlu dilakukan. Sebab melawan terus juga butuh energi. Sedangkan jika kita mengorbankan itu, pertama, kita akan bertahan di garis yang sama. Yang kedua, orang-orang yang kita sayangi juga akan merasa sedih, sebab, kita akan hanya menjadi figur complaining.

Oh, sebentar, saya tahu. Saya menyadari pasti dari teman-teman akan kesal dengan peryataan itu. Apalagi untuk kalian yang mengabadikan dirinya menjadi seorang aktifis. Tapi percayalah, hal ini tidak lebih sebagai evaluasi bahwa ada bagian hidup kita yang lain, yang juga perlu dipikirkan sebagai seorang individu.

Melawan terus boleh saja. Dan itu harus ketika ada hal-hal yang busuk dan tidak sesuai kadar hukum. Hanya saja, terus melawan tanpa melihat bagaimana diri kita juga sama halnya bunuh diri.

Sun Tzu, seorang jenderal Tiongkok pernah bilang, ketika kita ingin memenangi peperangan, satu hal penting yang perlu kita tahu adalah mengetahui siapa musuhmu. Dan itu, tentu saja, bisa kita pahami apabila kita mengambil jeda sembari melihat lagi diri kita seperti apa.

Oh, maafkan, ini menjadi tulisan yang terus melebar.

Saya hanya ingin teman-teman tahu, pada tahun lalu, 2019, saya terlalu banyak tak berani melangkah. Alasannya karena saya memiliki standar yang begitu tinggi. Dan imbasnya, ketika ingin bergerak, saya takut jika standar itu menurun.

Pada tahun ini, 2020, saya ingin lahir kembali menjadi sosok yang mengalir kepada alam. Filsafat Stoa mengajarkan bahwa terlalu banyak hal di luar kendali. Dan alih-alih memfokuskan diri pada hal-hal itu, sebaiknya kita menaruh perhatian besar pada hal-hal yang dapat kita kendalikan.

Misalnya, ketika saya benci sekali dengan korupsi dan kualitas politik di negeri ini, sebaiknya saya justru memperbaiki diri saya dulu. Terutama untuk jangan sampai pada sikap demikian. Hal-hal korupsi adalah di luar kendali, dan memperbaiki diri, adalah yang masih bisa saya kendalikan.

Akhir kata, saya perlu menyudahi ini dengan iktikad baik. Bahwa saya akan berubah menjadi lebih baik, dan jika tidak, saya ingin siapapun bersedia mengingatkan kembali. Terutama dari tulisan ini.

Surabaya, 11 Januari 2020

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Disclaimer

Laman blog yang tengah Anda kunjungi ini memuat berbagai pemikiran, pandangan, pengalaman, bahkan perasaan pribadi dari penulis. Segala tindakan tersebut jika dirasa bermasalah disarankan agar dapat diselesaikan secara musyawarah kepada yang bersangkutan.

Flickr Images