Keluh Kesah

Februari 16, 2020

new life/pixabay.com

Akhirnya sampai juga di titik ini. Sebuah peristiwa besar yang bagaimana mungkin bisa saya lupakan, yang ringkasnya amat mungkin membentuk saya di masa depan. Untuk hari-hari ini, saya menolak menguraikan masalah tersebut lebih panjang, sebab, menurut saya itu amat kejam dan saya tak ingin ada yang terluka ketika membacanya.

Tapi sisi baiknya, saya ingin mengucapkan terima kasih tak terhingga pada figur-figur penting: Tri Ditrarini Saraswati, Adelia Tiara Ulfa, Mohammad Iqbal, Ella Purnama, Wahyu Rizqiawan hingga adik saya yang paling menyebalkan, Ahmad Fauzy.

Sejatinya ada yang lebih banyak lagi, tapi daya jangkau pikiran saya tak cukup menarasikannya lebih apik. Saya membungkuk hormat atas hal-hal baik yang telah diberikan, dan semoga di lain waktu saya bisa mempersembahkan balasan yang layak.

**

Sebuah kejadian buruk, kita tahu, memungkinkan untuk diingat sepanjang hayat. Ada penelitian menyebut bahwa hal-hal negatif rentan mudah diingat ketimbang apresiasi positif. Dan jika itu benar, hmm, saya ingin berlari sejauh mungkin agar tak ada satupun ingatan yang tersisa di kepala saya.

Oh mungkin egois, tapi bagimana lagi, hanya itu yang bisa saya harapkan.

**

Ke depan dan seterusnya, teman terbaik memang diri sendiri. Kita bisa bebas berekspektasi sampai capai, ngantuk, dan pegal-pegal di bahu kanan. Dan yang lebih menyenangkan, apa yang menyangkut usaha kita sebagai individu, menurut Filosofi Teras, masih terletak dalam jangkauan kita. Alias, itu bisa kita kendalikan, dan mengharapkan orang lain tentu itu di luar kendali kita.

Tapi itu dalam perjalanan ke depan. Untuk saat ini, tentu saya tak bisa berbuat banyak selain ikhlas dengan hal-hal yang terjadi. Mengelak hanya bikin sebal, menerima sepenuhnya hanya akan menyumpal beban-beban di dada.

Kau tahu, saya ingin menyanyikan lagu Kunto Aji lebih keras, namun di saat yang sama saya juga berharap agar lagu itu hanya bisa terdengar di kuping sendiri. Oh, bagaimana mungkin ya?

**

Saya jelas berubah. Pelan-pelan. Beberapa orang mungkin akan menyadarinya, tapi tak sedikit juga yang mungkin menganggapnya biasa saja. Tidak apa-apa, memang tak semua hal harus serta merta seragam bukan?

Saya akan mulai itu dengan membuat tulisan buruk. Kau mungkin tengah membacanya sekarang. Dan besok, mungkin saya akan jadi orang lebih jujur lagi. Saya akan lebih tegas. Dan saya tak mau lebih banyak merepotkan orang lain lagi.

Suka atau tidak, saya memang harus menelan sendiri masalah. Bukan orang lain, dan tentu saya tak mau orang-orang repot atas hal ini

Ah sudah. Saya tak bisa melanjutkan tulisan ini. Jika kau membacanya dengan tanda tanya yang besar, tenang tak apa, karena sebenarnya saya pun demikian. Saya hanya ingin berkeluh kesah sesegera mungkin. Itu saja.

Surabaya, Februari

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Disclaimer

Laman blog yang tengah Anda kunjungi ini memuat berbagai pemikiran, pandangan, pengalaman, bahkan perasaan pribadi dari penulis. Segala tindakan tersebut jika dirasa bermasalah disarankan agar dapat diselesaikan secara musyawarah kepada yang bersangkutan.

Flickr Images