www.pexels.com |
Babat alas. Semalam kosakata itu saya lontarkan kepada
seorang teman di hunian indekosnya, di Wedoro, Waru, Sidoarjo. Sebuah pekikan
tawa muncul dari raut mukanya dan membuatnya bertanya kepada saya, “Apa itu
babat alas?”
***
Oktober memang seharusnya menjadi bulan penuh pelajaran.
Jika tidak begitu, mestinya, setidak-tidaknya ia menjadi sebuah peringatan
kepada seorang remaja yang bernama Ahmad Farid, bahwa ia telah mencapai
tahapan-tahapan penting dalam kehidupan untuk menjadi dewasa.
Sebagaimana seorang Tan Malaka pernah berujar “terbentur,
terbentur, terbentuk”, saya mencoba meresapi itu dan mulai memantabkan hati
untuk babat alas alias memulai segalanya dari awal lagi. Saya memang punya
beberapa impian kecil kepada teman-teman. Yakni soal membuat usaha dan juga
menggeluti dunia bisnis lebih serius, terutama di bidang branding dan
communication.
Tim sejatinya sudah ada. Mentor? Ada juga. Dan rencana
barangkali bisa saya sebut telah menembus 65%. Tetapi memang sebagai manusia, tak
ada gregetnya jika segalanya selalu berjalan mulus. Ada krikil kecil yang
rasa-rasanya cukup membantu membuat kita merenung: bahwa keberhasilan sejatinya
terbuat dari waktu dan konsistensi kita yang mengakar.
Oktober ini disponsori oleh beberapa orang dalam tim yang
telah kerja duluan. Alias, memang belum ada langkah serius menekuni bisnis—ya risiko
memulai dari nol. Hingga akibatnya rencana yang sedemikian mantab tadi terpaksa
dipending dan dibiarkan begitu saja. Cita-cita bisnis saat ini harus
diberlakukan dalam mode freeze.
Lalu apa yang paling parah dari itu? Ya, benar. Tinggal saya
seorang yang tertinggal. Saya menjadi orang terakhir dalam tim yang statusnya
tidak jelas. Ini yang barangkali bisa saya resapi: selalu waspada dan siap
dengan segala kemungkinan terburuk.
Status tertinggal memaksa saya beberapa hari terpukul.
Galau. Sedih. Seperti tak punya harapan. Saya bahkan lupa caranya tertawa.
Haha!
Tetapi itu kemarin. Seusai beberapa kali menguji diri
sendiri dengan beberapa hal tak terduga, saya justru makin kuat. Saya makin
mantab untuk menempuh pekerjaan lain. Wartawan, PR, dan Content Creator, telah
saya masukan dalam list babat alas. Alias, saya mulai kembali apa-apa yang
terjadi di dalam hidup saya.
Kini, 20 Oktober 2018 menjadi saksi bahwa seorang Ahmad
Farid memutuskan serius membenahi hidupnya. Ia akan menjadi orang yang kuat,
orang yang terbentuk. Orang yang selalu siap dan waspada. Orang yang tak akan
pernah berhenti belajar. Orang yang di manapun akan membanggakan semua dalam
circlenya. Dan, saya sedang memulai…
***
Teman itu tertawa setelah mendengar maksud dari arti babat
alas. Ia mengangguk tanda paham, seusai bercerita bahwa dulu sewaktu KKN di Bojonegoro,
orang-orang menanyakan itu. Dan beberapa cerita serta keresahan yang saya
sampaikan kepadanya, ia balas dengan sebuah tatapan penuh harap. “Kau akan
menjadi orang besar, bro!” katanya, yang hanya bisa saya jawab “Aamiin bro!”.