Ayo Kuliah!
Oktober 17, 2015
Sebelumnya,
sengaja saya membikin judul ini—yang mungkin kebih ‘greget’—daripada apa yang
ditentukan oleh pengampu lomba blogger
Bojonegoro, yakni “Ayo Sekolah”. Nah
sebenarnya ada yang benar-benar saya harapkan dari adanya tulisan ini, yang
pertama: teman-teman pelajar Bojonegoro bisa lebih bergairah lagi ketika
memperjuangkan ambisinya di bidang keilmuan—dalam hal ini berkuliah. Kedua,
saya bermimpi jika beberapa desa di Bojonegoro, setidaknya, ada beberapa pemuda
yang mewakili untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Selanjutnya,
saya ingin menunjukan bahwa kuliah tidak melulu soal uang, yang terpenting
daripada hal itu semua adalah niat dan usaha yang sungguh-sungguh dari pihak
yang menginginkan itu sendiri. Beberapa alasan itu sejatinya, telah saya
fikirkan berhari-hari yang lalu. Melalui beberapa pertimbangan, akhirnya saya
tuliskan beberapa hal tersebut.
Bojonegoro,
kita tahu, adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Timur yang tak bisa
dipandang sebelah mata. Sebab, di sana melimpah beberapa aset kekayaan negara. Contohlah,
minyak, hasil pertanian, sentra kerajinan tangan, adat kebudayaan hingga aneka
buah-buahan yang tak sedikit jumlahnya. Lalu, dengan beberapa keunggulan
tersebut, pertanyaannya “Apakah Bojonegoro sudah bisa bersaing di kancah
persaingan Sumber Daya Manusia?”, jujur kita tidak bisa serta-merta menjawab “ya”
dan “tidak”. Sebab, pada beberapa hal kita unggul dan pada bidang yang lain
kita belumlah terlalu matang.
Untuk
itu peran pendidikan lanjut (perguruan
tinggi) sangatlah penting untuk diupayakan lebih lanjut. Sebab, ketika
seseorang—utamanya pelajar Bojonegoro—bergiat di pendidikan universitas, ia
tidak hanya akan memperoleh ijazah, namun juga kematangan dalam berfikir; jiwa
sosial; maupun beberapa prestasi yang tidak ada dalam pendidikan sekolah. Dengan
beberapa aspek yang diperoleh, kita akan mampu bersaing dengan daerah lain—atau
syukur-syukur dari bangsa lain.
Peran Guru
Selama
ini kerap kita jumpai anak-anak sekolah di Bojonegoro—utamanya sekolahan yang
berada di lingkup pedesaan—yang tidak berhasrat untuk berkuliah. Mereka selalu
beranggapan bahwa, dengan berkuliah hanya akan menghabiskan uang. Tidak bisa
menghasilkan uang sebagaimana dunia kerja. Nah,
di sinilah seharusnya seorang guru berperan. Itu bisa diwujudkan dengan upaya
guru yang menjelaskan kepada muridnya tentang keuntungan dunia perkuliahan. Hal
itu juga, nantinya, akan merubah mindset seorang
pelajar menjadi terbuka, sehingga orientasi pendidikannya pun tidak melulu soal
uang, namun ke arah yang lebih matang—yakni kapasitas ilmu yang lebih.
Di
sisi lain, agaknya beberapa sekolah perlu menyediakan layanan bagi pelajar
untuk safari kampus. Maksudnya, dalam kurun waktu tertentu siswa diajak untuk studi
banding di beberapa universitas. Hal itu sangat penting untuk membuka pikiran
siswa tentang dunia para akademisi, bahwa segalanya tidak melulu pada uang,
tetapi niat yang sungguh-sungguh dan di atas rata-rata. Dalam safari itu juga nantinya
diadakan sebuah forum antara calon siswa dengan pihak rektorat kampus, sehingga
nanti siswa dengan mudah menyerap uraian langsung dari pihak kampus.
Peran Ormada
Begitu
pula peran ORMADA (Organisasi Mahasiswa Daerah). Ormada perlu memberikan
sosialisasi yang menyeluruh tentang kampus masing-masing bagi siswa di
Bojonegoro. Sosialisasi tersebut bisa meliputi: Beasiswa di kampus, Sistem
pendidikan: hingga persentasi untuk bisa masuk ke jurusan yang diidamkan. Sejalan
dengan itu semua, nanti bukan tidak mungkin akan kita dapati siswa-siswa yang
lebih bergairah untuk berkuliah.
Salah satu ORMADA Bojonegoro di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya. SASB (Sunan Ampel Student from Bojonegoro) |
Dari
beberapa hal itu, jika kita berhasil mendorong para siswa untuk berkuliah,
hingga kita dapati beberapa lulusan yang mumpuni, Bojonegoro akan mendapatkan
beberapa keuntungan, di antaranya: akan terbantu dalam segala bidang. Contohnya,
di bidang pertanian kita bisa mengandalkan rekayasa ataupun hasil riset yang
telah dilakukan oleh sarjana pertanian. Sehingga, petani juga akan terhindar
dari mindset “Nompo Nasib”, dan bisa
memperoleh hasil yang maksimal.
Yang
kedua, secara tidak langsung akan membuat Bojonegoro terkenal di kancah
nasional. Tentu kita tahu beberapa tokoh yang berasal dari Bojonegoro yang kini
malang melintang di kancah nasional. Taruhlah, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., Drs. Suyoto M.Si.
Kedua contoh tersebut, bisa menjadi pelajaran dan
inspirasi bagi seluruh lapisan pelajar di Bojonegoro untuk senantiasa bergairah
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Jangan takut akan
biaya, sebab ada banyak cara juga untuk bisa berkuliah secara cuma-cuma.
Akhirnya, dari celoteh saya tersebut
saya sangat berharap nantinya pelajar Bojonegoro ikut nyemplung di dunia perkuliahan. Sehingga kelak, ilmu yang kita
dapatkan di dunia kampus bisa kita terapkan di daerah kita, yakni Bojonegoro. Jadi,
bukan tidak mungkin nanti akan kita dapati Bojonegoro yang MATOH! Bojonegoro
yang lebih berkontribusi penuh lagi bagi Indonesia. Merdeka!
0 comments