Juni 24, 2016
Pada Sebuah Kata
Pada sebuah kata yang sukar tereja aku beranikan melukis tawa.
dengan irama compang khas
melalui desahan raga, hingga
sampailah diriku di titik itu
melalui rintihan yang serius
Bisakah aku mencintaimu seperti bunga?, kataku
yang mekar lalu hancur tercibir angin
Beranikah aku menyukaimu seperti kurma?, kataku (lagi)
yang hangat diingat pengikis dahaga di kala puasa, sahaja
Mampukah aku setia padamu laksana kemicir angin di bulan Oktober?, aku kembali
yang melalui waktu begitu perkasa, dengan jam yang tak terjamah arloji
Pada waktu-lah aku berharap
mugkin saja dengan detak, yanga akrab di telinga.
2 comments
Hati hati bro, berharap dengan waktunya
BalasHapusHehe oke bro
BalasHapus